![]() |
Gap year di dinas kebersihan, pemadam kebakaran atau??? |
Salah satu fase terberat dalam
perjalanan panjang kehidupan (puih) adalah fase pasca sarjana, hemmm…
istilahnya benar ngak yah?, maksudnya setelah sarjana, eh baru wisuda, yah
itulah. Bagi yang tidak mempersiapkan diri dengan baik, bersiapsiaplah jadi pengangguran
atau istilah yang sedikit lebih beretika, Tuna Karya, hiks. Menjadi
pengangguran dengan menyandang gelar sarjana di belakang nama, tentulah berat.
Baru saja memerdekakan diri dari penjara akademik bernama kampus, kini harus
berhadapan dengan kehidupan yang sebenarnya, real society.
Dalam sebuah literatur di organisasi(dot)org,
jenis ini disebut pengangguran friksional
(Frictional Unemployment) yaitu
pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu,
informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran
pekerjaan. Saya sendiri menyebutnya fase menunggu, menunggu untuk
mendapatkan pekerjaan. Karena saya haqqul yaqin, seorang sarjana, terlebih jika
lulusan perguruan tinggi ternama cukuplah memenuhi standar minimal yang
dipersyaratkan oleh pembuka lamaran kerja. Setidaknya, untuk perusahaan swasta
nasional yang berbasis di daerah. Setidaknya itu menurut pengalaman saya lho. Terkecuali
jika si sarjana sendiri pilihpilih jenis pekerjaan.
Tapi untuk yang belum siap memasuki
dunia kerja (yang sudah siap juga), tak usah risih dengan pertanyaan kawan2,
handai taulan, “kerja di mana?”. Karena ada jawaban yang jauh lebih elegan
yaitu ‘Gap Year”.Wuih, mahluk apa pula itu? Saya sendiri baru mengenal istilah
gap year harihari belakangan ini. Menurut yang pernah saya baca, gap year adalah masa seseorang yang keluar dari
rutinitas sehariharinya, baik itu pekerjaan maupun pendidikan dalam kurun waktu
beberapa bulan sampai setahun. Misal bagi seorang alumni sekolah menengah atas sebelum
melanjutkan kuliah, atau juga bagi seorang sarjana yang akan memasuki
dunia kerja. Masa ini diisi dengan melakukan berbagai aktivitas, yang
bermanfaat tentunya.
Lalu apa yang dilakukan selama gap
year? Banyak hal, tergantung minat, maupun orientasi ke depannya. Yang umum
dilakukan adalah traveling. Mau keliling Indonesia, bisa. Tapi klo banyak fulus
yah ke luar negeri lah, ke Dubai
lihat gedung pencakar langit Burj khalifa, atau ke taman nasional Kilimanjaro di
Tanzania, atau bisa Pulau Shikoku, selatan Jepang, melihat pertanian alaminya Fukuoka. Hal ini tentu
akan memberi pengalaman baru, bertemu banyak orang baru. Jika ingin
meningkatkan keterampilan, bisa mengikuti kursus. Lembaga kursus banyak, tiap
seratus meter ada, mulai dari kursus bahasa asing sampai kursus menjahit dan
tata rias pengantin.
Bisa juga mencari pengalaman dengan
bekerja sukarela atau magang. Untuk yang senang menyendiri, carilah tempat yang
tenang untuk bertapa, lho? Bukan, hehehe…, berkontemplasi, depan komputer menulis,
kali aja bisa menghasilkan karya masterpiece, dikirm ke koran atau majalah atau
kalau cukup bisa diterbitkan jadi buku, kenapa tidak? Untuk yang mau lanjut
lagi ke program magister, bisa melakukan survai tentang universitas atau
program studi yang akan dituju, atau menyusun aplikasi beasiswa. Dan tentunya
masih banyak lagi kegiatankegiatan positif lainnya.
Saya sendiri, meski baru mengenal
istilah gap year, ternyata telah mempraktekkannya selama dua kali. Pertama
ketika tamat SMA, baru kuliah pada tahun ajaran berikutnya. Yang kedua setelah sarjana,
waktunya lebih setahun sih sampai punya pekerjaan tetap. Gap year plus lah,
hehehe… Tentang aktivitas saya selama gap year? Yah, rahasia dong, mau tau aja,
hahaha lagi… Jadi buat fresh graduate, selamat ber-gap year yah, Da…daaaaaa….
Pinrang, @21112014
Sambil mengenang masamasa gap year…
0 komentar:
Posting Komentar