Kamis, 20 November 2014

Baru Wisuda? Masih Nganggur? Yuk Gap Year

Gap year di dinas kebersihan, pemadam kebakaran atau???
Salah satu fase terberat dalam perjalanan panjang kehidupan (puih) adalah fase pasca sarjana, hemmm… istilahnya benar ngak yah?, maksudnya setelah sarjana, eh baru wisuda, yah itulah. Bagi yang tidak mempersiapkan diri dengan baik, bersiapsiaplah jadi pengangguran atau istilah yang sedikit lebih beretika, Tuna Karya, hiks. Menjadi pengangguran dengan menyandang gelar sarjana di belakang nama, tentulah berat. Baru saja memerdekakan diri dari penjara akademik bernama kampus, kini harus berhadapan dengan kehidupan yang sebenarnya, real society.

Dalam sebuah literatur di organisasi(dot)org, jenis ini disebut pengangguran friksional (Frictional Unemployment) yaitu pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan. Saya sendiri menyebutnya fase menunggu, menunggu untuk mendapatkan pekerjaan. Karena saya haqqul yaqin, seorang sarjana, terlebih jika lulusan perguruan tinggi ternama cukuplah memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan oleh pembuka lamaran kerja. Setidaknya, untuk perusahaan swasta nasional yang berbasis di daerah. Setidaknya itu menurut pengalaman saya lho. Terkecuali jika si sarjana sendiri pilihpilih jenis pekerjaan.
                                                         
Tapi untuk yang belum siap memasuki dunia kerja (yang sudah siap juga), tak usah risih dengan pertanyaan kawan2, handai taulan, “kerja di mana?”. Karena ada jawaban yang jauh lebih elegan yaitu ‘Gap Year”.Wuih, mahluk apa pula itu? Saya sendiri baru mengenal istilah gap year harihari belakangan ini. Menurut yang pernah saya baca, gap year adalah masa seseorang yang keluar dari rutinitas sehariharinya, baik itu pekerjaan maupun pendidikan dalam kurun waktu beberapa bulan sampai setahun. Misal bagi seorang alumni sekolah menengah atas sebelum melanjutkan kuliah, atau juga bagi seorang sarjana yang akan memasuki dunia kerja. Masa ini diisi dengan melakukan berbagai aktivitas, yang bermanfaat tentunya.

Lalu apa yang dilakukan selama gap year? Banyak hal, tergantung minat, maupun orientasi ke depannya. Yang umum dilakukan adalah traveling. Mau keliling Indonesia, bisa. Tapi klo banyak fulus yah ke luar negeri lah, ke Dubai lihat gedung pencakar langit Burj khalifa, atau ke taman nasional Kilimanjaro di Tanzania, atau bisa Pulau Shikoku, selatan Jepang, melihat pertanian alaminya Fukuoka. Hal ini tentu akan memberi pengalaman baru, bertemu banyak orang baru. Jika ingin meningkatkan keterampilan, bisa mengikuti kursus. Lembaga kursus banyak, tiap seratus meter ada, mulai dari kursus bahasa asing sampai kursus menjahit dan tata rias pengantin.

Bisa juga mencari pengalaman dengan bekerja sukarela atau magang. Untuk yang senang menyendiri, carilah tempat yang tenang untuk bertapa, lho? Bukan, hehehe…, berkontemplasi, depan komputer menulis, kali aja bisa menghasilkan karya masterpiece, dikirm ke koran atau majalah atau kalau cukup bisa diterbitkan jadi buku, kenapa tidak? Untuk yang mau lanjut lagi ke program magister, bisa melakukan survai tentang universitas atau program studi yang akan dituju, atau menyusun aplikasi beasiswa. Dan tentunya masih banyak lagi kegiatankegiatan positif lainnya.

Saya sendiri, meski baru mengenal istilah gap year, ternyata telah mempraktekkannya selama dua kali. Pertama ketika tamat SMA, baru kuliah pada tahun ajaran berikutnya. Yang kedua setelah sarjana, waktunya lebih setahun sih sampai punya pekerjaan tetap. Gap year plus lah, hehehe… Tentang aktivitas saya selama gap year? Yah, rahasia dong, mau tau aja, hahaha lagi… Jadi buat fresh graduate, selamat ber-gap year yah, Da…daaaaaa….

Pinrang, @21112014
Sambil mengenang masamasa gap year…

0 komentar:

Posting Komentar