Selasa, 09 Agustus 2011

Ada Pelangi di Shaf Akhwat

ilustrasi: http://iklanmax.com
Jika kita masuk ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah atau mengikuti kegiatan Islami seperti pengajian. Maka hal paling fundamen yang membedakan antara ikhwan dengan akhwat selain pengaturan shaf (ikhwan di depan dan akhwat di belakang) juga pakaian yang digunakan. Ikhwan menggunakan beragama style pakaian mulai dari sarungan yang sangat Indonesia sampai jubah layaknya di Timur Tengah. Selain style, motif dan warnanyapun sangat bervariatif. Sedangkan akhwat menggunakan mukenah dengan warna putih bersih, meskipun sebagaian memberi sentuhan bis warna lain untuk lebih memperindah.

Namun pemandangan itu hanya bisa dijumpai di masa lalu. Karena sekarang, akhwat tidak mau kalah dengan ikhwan dalam pemilihan warna. Akhwat tidak lagi sekedar menggunakan mukenah warna putih, tapi mulai beralih ke warna lain. Seperti merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu dan sebagainya. Layaknya warna-warna pelangi. Entah sejak kapan trend itu muncul, saya kurang tahu persis. Beberapa akhwat yang pernah saya jumpai mengutarakan argumentasi berbeda-beda. Ada yang jenuh menggunakan warna putih karena sangat konvensional, biar lebih modis, mau tampil beda, dan ada juga yang hanya ikut trend.

Minggu, 17 Juli 2011

Sekolah di Atas Danau

Headlines Kompasiana

Andai saja tak ada papan nama, saya tak akan pernah tahu kalau ini adalah sebuah sekolah. Dari konstruksi bangunannya saja jelas tidak lazim. Seperti rumah penduduk sekitar, berupa rumah panggung yang terbuat dari kayu. Selain itu, bangunan sekolah juga menyatu dengan perumahan penduduk, tidak ada dikotomi yang jelas berupa pagar atau pembatas. Mungkin perbedaan yang sedikit mencolok, karena dinding sekolah ini dicat dengan warna putih dan coklat tua.

PNS yang Menolak Gaji 13

ilustrasi : kompas



Bagi para pegawai negeri sipil (PNS), datangnya bulan Juli adalah berkah tersendiri. Karena pada bulan ini, mereka akan menerima tambahan penghasilan berupa gaji 13. Gaji yang katanya dimaksudkan untuk mengurangi beban para orang tua dalam menyambut tahun ajaran baru di sekolah. Tapi tidak demikan dengan Nindi (nama samaran). Seorang PNS yang bekerja di instansi yang mengurusi kebersihan kota, justru menolak menerima gaji 13.

Pacarita Sikarannuang ri Lae–lae

Ilustrasi : Etta Adil




Punna nia nucini baji ri kalengku
Bajiki antu nialle passari’battangang
Rampeka Golla Nanu Te’ne,
Nakurampeko Kaluku Nanu Janna.
Mingka Niajja wattu assigappa
Bajiki antu sikio–kio, sikarannuang ri Lae–lae.
Nipakarammulami anne caritayya [1]. Seorang wanita bermuka gelap, besar ketawanya, tapi sangat periang dan lembut hatinya. Nama sebenarnya Inge, tapi adik–adik teman sekolahnya dulu yang dari berbagai daerah di Sulsel, Irsyam, Indra, Uleng, Dyah, Fitri, Affandi, Nuri, Chris, dan Rianty, memanggilnya dengan sebutan Daeng Sassang. Jika berkumpul bersama mereka, ia paling banyak ceritanya. Mungkin itu pula sebabnya ia dijuluki Bosna Pacaritayya.

Jumat, 08 Juli 2011

Meterai, Mahluk Apa Pula Itu???

Meterai, mahluk apa pula itu??? (Dok.Pribadi, 2011)


Karena keperluan menggandakan berkas, saya menuju ke sebuah toko alat tulis menulis yang memang sudah jadi langganan sejak jaman dahulu kala. Sayang, ketika sampai di sana, mesin potocopynya lagi ngadat. Terpaksa cabut, lalu mencari tempat lain. Setelah berkeliling, akhirnya tiba di sebua toko yang cukup sederhana. Itupun setelah bertanya ke seorang tukang ojek, maklum papan nama toko agak tersembunyi.

Sabtu, 02 Juli 2011

Elegi Angsa*

Doc: innocentia.wordpress.com


Dengan dagu mendongak, kau tampak angkuh
anggunmu adalah kelebihanmu
putih, lembut 
aku terpesona


Dalam hening danau kau berlayar berduadua
aku cemburu
begitu indah... begitu hening
aku diam tanpa geming

Sabtu, 11 Juni 2011

Pus*

Pus,
Temani aku disini
Lihatlah ketepi jendela
Rembulan membayangi malam
Cahayanya berpendar, dan jatuh di bola matamu

Pus,
Bersamamu, aku tetap hangat
Karenamu, aku tetap mengukir senyum
Meski angin tak semilir
Meski bulan bersembunyi
Meski teman satu-satu pergi
Meski terang kembali gelap
Tetap kamu ada disisi
Selalu disisi

Kamis, 26 Mei 2011

La Tahzan, Ayam (saja) Ketawa



Hatiku senang akhirnya bisa pulang ke kampung halaman di Sidenreng Rappang (Sidrap). Bertahun-tahun di kota menimba ilmu dan pengalaman. Rumahku di Majjelling Wattang. Masih bagian dari Ibukota kabupaten, letaknya tak jauh dari kantor kelurahan. Di pinggir jalan poros yang menghubungkan Kota Palopo dengan Makassar, yang tetanggaku masih menyebutnya Ujung Pandang.
Minggu siang tak ada kerjaan, aku main ke rumah paman di Panca Rijang. Setelah buka sepatu dan memberi salam, aku masuk dan langsung ke belakang. Terlihat olehku kandang ayam berjejeran. Semuanya terisi, tak ada yang luang. Sekilas tampilan fisiknya tak beda seperti ayam kampung kebanyakan. Tapi kalau berkokok ternyata berbeda. Seperti orang yang sedang ketawa, kokoknya terputus-putus dan panjang.

Senin, 02 Mei 2011

Metode Ilmiah Memilih Pasangan

Memilih pasangan, tentu bukan sebuah persoalan yang mudah. Ada banyak variabel yang harus dipertimbangkan. Menjadi sangat manusiawi jika setiap individu pasti mengharapkan pasangan yang ideal. Ideal dengan kriteria yang dibuat sendiri. Terkadang kita menilai fisiknya oke tapi perilakunya negatif, atau penampilannya menarik tapi IQnya jongkok, dan tentunya masih banyak contoh lain. Kesemua kriteria itu sifatnya kualitatif, sehingga sangat relatif jika membandingkan antara individu yang satu dengan yang lain. Sementara kita menginginkan calon pasangan kita sempurna, dalam artian semua kriteria yang kita patok nilainya di atas standar.

Lalu bagaimana memutuskan memilih pasangan dengan mempertimbangkan semua variabel itu? Dr. Thomas L. Saaty dari Universitas Pennsylvania (1970) menawarkan sebuah metode bernama Analitical Hierarchy Process (AHP). AHP pada dasarnya adalah tools untuk pengambilan keputusan. Keputusan yang akan diambil apa saja, fleksibel, termasuk juga memilih pasangan. Pola kerja AHP yaitu memecah persoalan yang rumit ke dalam unsur-unsurnya dalam sebuah hirarki, lalu merubah variabel kualitatif menjadi kuantitatif. Karena penilaiannya kualitatif ke kekuantitatif, maka harus melewati perhitungan secara matematik. Untuk memudahkan, kita bisa menggunakan bantuan software Criterium Decision Plus.

Rabu, 27 April 2011

Bugis : Kamu itu Kasar... (Bahasa Menunjukkan Bangsa)


Seisi ruang sidang terlihat keheranan mendengar ucapan yang keluar dari mulut sang presidium. Setiap peserta yang mengangkat tangan atau menginterupsi diberi kesempatan berargumen dengan berucap “kita, silahkan”. Jika ucapan itu tidak diikuti dengan gerak tangan ke arah peserta, maka sulit membedakan siapa sebenarnya yang dipersilahkan bicara.




Jadi presidium di MUNAS ISMAPETI


Itu kejadian empat tahun lalu, ketika saya dipercaya menjadi presidium sidang musyawarah nasional Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia. Peserta dengan latar multi etnis membuat komunikasi wajib dilakukan dengan Bahasa Indonesia. Sebagai orang yang menetap di daerah, meski sudah menggunakan Bahasa Indonesia, terkadang masih saja ada unsur-unsur kedaerahan yang tak sengaja terbawa.

Selasa, 22 Maret 2011

Sperma

Vulvamu memerah, hangat
Deras lendir bening menetes tanpa izin
Bilamana instingku berdusta?
Ah, kau birahi…

Desahmu menggeliat pada gelisahku
Dipan eksotis dari kayu tepis
Dan semerbak aroma khas wewangian
Yang rutin kau semprot pasca fajar

Doggy style tanpa foreplay
Godamu genit berbisik lirih
Pelan, berpacu, menggelinjang
Oooo… puncak klimaks parabola

Attumate

[Dedikasi untuk Alm. Syahrir daeng Nalla]

Ilustrasi (ittelkom)

#1
Entah kau-aku; ada yang terasa hilang
Melenyap dalam kawanan kabut di malam itu

            “Sudahlah, ammak, ritual attumate itu membutuhkan  biaya banyak. Darimana kita memperoleh uang sebanyak itu dalam sekejap? Apakah kita harus berutang? Bukankah, daeng Nalla’ku juga sudah dikuburkan? Cukuplah kita mengundang tetangga-tetangga saja datang ke rumah untuk mengaji dan mendoakannnya, insya Allah, daeng Nalla juga sudah ikhlas kok.”
Ini perdebatan yang berulang dengan mamaku dan entah sudah berapa kali aku pun tak ingat sejak kematian Almarhum kakakku tiga hari lalu. Tragis. Yah, itulah kata yang patut kugambarkan untuk kematiannya yang mendadak. Aku masih ingat. Suatu siang di terminal di Surabaya. Handphone ku berbunyi.

Bahagia Paling Sederhana

dwikisetiyawan.wordpress.com
Angin mendesah begitu tajam. Malam menjerit di bawah temaram hati yang muram. Gelap gulita. Tak Nampak lagi lalu lalang manusia penggila kerja, sebagian pulas tertidur. Malam hampir larut, pukul sepuluh lebih. Di ujung jalan, nampak lelaki setengah baya mendorong gerobaknya begitu lambat. Kilatan petir mulai mengejar-ngejar.

”Aku harus sampai di rumah sebelum hujan turun,” ujar lelaki itu. Gerobaknya terus melaju. Suara ban gerobak menderit ngilu sebab dipaksa berputar. Selepas magrib tadi, dia menjajakan sate kambing dan sate ayam. Tak habis semua, tapi biarlah. Nafasnya memburu begitu kencang, seolah berpacu dengan waktu yang makin menggertak.

”Jualanmu malam ini tak habis lagi, Darso. Ha ha ha. Bagaimana bisa kau memberi makan istri dan anakmu kalau penghasilanmu begitu-begitu saja. Ah, sudahilah. Lebih baik cari pekerjaan baru.”Suara itu terngiang begitu keras di telinga Darso, lelaki pendorong gerobak. Dia tersentak. Entah mengapa tiba-tiba bulu kuduknya merinding. Malam apa ini?

Sabtu, 19 Maret 2011

Cinta dalam Bakso

Ilustrasi / inadwiana.wordpress.com
Hidup selalu soal pilihan dan sering tak memberi kita kebebasan memiliki semua yang kita harapkan. Begitu juga dengan mimpi. Berapa banyak mimpi yang tersingkir demi satu pilihan mutlak? Hidup  tak seperti judi. Yang jika kau sudah mahir bertaruh, maka peluang menangmu semakin besar. Hah!

Hidup lebih mirip dengan mata dadu. Karena begitu dilempar, maka biarkan saja udara yang menentukan angka yang akan muncul. Dan siapkanlah jantung untuk tak berdetak barang beberapa lama.

Hidup bukan tentang pertaruhan, tapi lebih pada kesiapan. Dan kesiapan inilah yang yang tak dimiliki sebagian orang.

Seperti Narmi, perempuan yang dikhianati pilihan. Waktu dan pilihan  telah membunuh semangat hidupnya satu persatu. Perlahan namun pasti.

Jumat, 11 Maret 2011

Bakso Mas “Daeng”, Khas Makassar

Photobucket
kfk.kompas.com
Orang Bugis dan Makassar pada umumnya risih jika dipanggil “Mas” atau “Mbak”. Kenapa? Karena di Sulawesi Selatan, panggilan itu sangat identik dengan penjual Bakso dan Jamu. Tapi belakangan, hampir semua penjual jajanan atau kaki lima dipanggil Mas. Bahkan saya pernah mendengar di sebuah Warung Coto ada pengunjung memanggil pelayan Mas, paruh dagingnya dua. Lho, Bukannya penjual Coto itu asli Makassar?
Orang Jawa tentu tidak usah berkecil hati jika di Sulawesi Selatan panggilan Mas/Mbak diidentikkan dengan pedagang kaki lima. Malah seharusnya berbangga diri, khususnya soal kuliner. Karena di Makassar, makanan enak itu disebut “Kanre Jawa” (Makanan Jawa). Salah satu makanan yang diyakini dibawa oleh Orang Jawa yang sangat diminati adalah Bakso. Maka beredarlah warung-warung bakso dengan nama-nama Daerah Jawa. Bakso SoloBakso SurakartaBakso Djogdja … atau nama pemiliknya Bakso Mas EndutBakso Mas Karyo etc. Walaupun secara etimologi, bakso itu berasal dari Cina.

Gedung di Makassar, Setiap Hari Ganti Karpet

Tulisan pada karpet di lantai lift
Beberapa hari terakhir, saya melakukan aktivitas di Gedung Graha Pena. Sebuah gedung yang diklaim tertinggi di Makassar, bahkan konon tertinggi di luar Pulau Jawa. Karena suatu keperluan (tidak jauh-jauh dari ternak) dengan sebuah NGO Internasional yang banyak melakukan riset bidang pertanian di Indonesia.

Di gedung berlantai 19 plus antena televisi di puncaknya itu berkantor banyak sekali institusi. Mulai dari media cetak, televisi, perusahaan telekomunikasi, lembaga kursus, NGO, dan perusahaan-perusahaan swasta yang lain. Jadi bisa dibayangkan bagaimana banyaknya karyawan yang setiap hari beraktivitas di sana.

Selasa, 15 Februari 2011

[Go Green] Eceng Gondok Itu Sumber Gas

Headlines Kompasiana, 14/02/2011

“Tongeng moga ndi’ cola-cola’e wedding laipancaji gas?”
(Benarkah dik’ eceng gondok bisa jadi gas?)

Itu pertanyaan seorang Ibu ke saya. Disampaikan dengan logat Bugis Wajo yang kental. Sebuah keraguan yang yang cukup mendasar. Apa iya eceng gondok yang selama ini dianggap sebagai masalah besar ketika danau meluap, ternyata bisa dimanfaatkan jadi gas bio? Jawaban dari pertanyaan itu “Iya, Insya Allah”. Sebuah jawaban super duper bijak. Karena saya sendiri sebenarnya juga ragu.

Sabtu, 12 Februari 2011

Domba Lebih Diistimewakan dari TKI?

ilustrasi / KOMPAS
Jika anda Urang Sunda, apalagi berdomisili di Kabupaten Garut Jawa Barat pasti pernah melihat atau setidaknya mendengar Domba Tangkas. Spesies ternak yang menjadi ciri khas daerah itu, kini diwajibkan mempunyai akta kelahiran. Apa, akta kelahiran? Yah, bagi orang awam pasti ini sesuatu yang super aneh. Bagaimana tidak, boro-boro domba, manusia saja masih banyak yang tidak memiliki akta kelahiran. Setidaknya itu tercermin dari status facebook Okti Li (Facebooker di Taiwan dan peraih kompasiana award untuk kategori postingan terpopuler) pada 07 februari 2011 berikut :

Jumat, 11 Februari 2011

Makassar Diserbu S.Pt

Add caption

Para Sarjana Peternakan yang tergabung dalam Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) saat ini sedang melaksanakan Kongres Nasional X. Pengurus Cabang ISPI Sulawesi Selatan kali ini bertindak sebagai tuan rumah dan dikomandoi sekretarisnya, Jasmal A. Syamsu sebagai ketua panitia. Kegiatan yang dipusatkan di Hotel Singgasana Makassar, mengusung tema “Menggalang Profesionalisme Sarjana Peternakan dalam Pembangunan Nasional”. Para peserta merupakan perwakilan dari Pengurus Besar dan Pengurus Cabang ISPI Seluruh Indonesia.

Selain itu juga ada utusan dari dinas peternakan provinsi dan kabupaten/kota, beberapa organisasi peternakan dan kesehatan hewan, forum pimpinan perguruan tinggi peternakan Indonesia dan mahasiswa peternakan. Para sponsor yang terdiri dari perusahan dan industri maupun NGO peternakan. Panitia juga bekerja sama dengan media (media partner) baik cetak maupun on line yang bergerak di bidang peternakan.

Senin, 07 Februari 2011

Sari Laut Rasa Darat

Katanya sari laut, tapi kok jual ayam goreng???

Mendengar nama warung sari laut, maka yang terlintas pertama di pikiran saya adalah kuliner khas laut. Entah ikan, cumi, udang atau apalah yang dari laut. Keberadaan warung sari laut jelas sangat unik dengan ciri khas tersendiri pada menu makanannya. Sederhananya, siapa saja yang ingin makan makanan laut, silahkan ke sari laut. Kurang lebih seperti itulah konsepsi awal saya tentang warung sari laut. Karena saya termasuk ekonomi menengah ke bawah, maka warung sari laut yang saya maksud di sini adalah yang banyak berjejer di pinggir jalan, jadi bukan restoran.

Laskar Pemimpi, Taktik Perang Ala Bebek (Preview)

www.21cineplex.com

Laskar Pemimpi merupakan sekelompok pasukan amatir yang bergabung dengan Pasukan Panjen. Mereka nekat menerobos markas Belanda untuk membebaskan warga yang ditawan. Karena diantaranya, juga terdapat orang-orang yang mereka sayangi. Tim ini terdiri dari enam laskar yang dipimpin oleh Kopral Jono. Sebagai penunjuk jalan, diikutkan seorang tawanan bernama Once yang merupakan tentara KNIL. Mereka menyebut ini sebagai misi rahasia karena memang tanpa sepengetahuan Komandan Pasukan Panjen, Kapten Hadi.

Once menunjukkan lewat peta tentang lokasi Markas Belanda yang ternyata sangat jauh. Untuk mencapai markas Belanda butuh waktu sebulan jika berjalan kaki. Tentu waktu yang sangat lama, cara paling singkat adalah dengan naik kendaraan. Laskar ugal-ugalan ini akhirnya memutuskan untuk menghadang mobil patroli KNIL untuk dijadikan tumpangan. Mereka kemudian menunggu pasukan patroli lewat, dengan bersembunyi di pematang sawah pinggir jalan.

Cari Pasangan yang Penyayang, Silahkan ke…

Rendahnya rasa percaya diri, menjadi penyakit kronis yang mungkin dialami oleh sebagian besar mahasiswa di agrocompleks (pertanian, peternakan, perikanan, kelautan, kehutanan). Ada rasa minder ketika harus bergaul dengan mahasiswa dari fakultas-fakultas elite macam Kedokteran dan Teknik di Eksakta atau Ekonomi dan Hukum di Non Eksak.

Menyadari bahwa kuliah di fakultas yang terlanjur dipersepsikan oleh sebagian orang dengan hal-hal negatif, kotor, kumuh dan jorok. Fakultas terbelakang, tidak keren dan hanya tempat pembuangan orang-orang yang gagal berkompetisi di SNMPTN, menjadi penyebabnya. Tapi bukan berarti semua mahasiswa yang menggeluti ilmu-ilmu pertanian mengalami hal yang demikian.

Mau Riset, Kenapa Cari Judul???

Lagi riset atau pemotretan??? (FB @Ifaiffa Thalib)

Point kedua dari tri dharma perguruan tinggi adalah Penelitian. Penelitian menjadi sebuah tools dalam menyelesaikan sebuah persoalan. Beberapa kampus malah mencanangkan diri menjadi universitas riset. Kampus sebagai sentrum para intelektual sejatinya memang bisa menjadi solusi atas setiap persoalan, khususnya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Maka meneliti menjadi sebuah kewajiban bagi setiap civitas kademika, tidak terkecuali mahasiswa.


Saya pernah didatangi sekelompok mahasiswa yang tidak lain adalah yunior di kampus. Mereka para mahasiswa semester akhir yang segera melaksanakan penelitian untuk tugas akhir. Begini bilangnya “Kak, bantuin dong cari judul”. Beberapa yang lain juga biasa menyampaikan permintaan serupa, entah mengirim message via ponsel, chating, atau ketika pas ketemu.


Terkadang heran juga kenapa mintanya ke saya, padahal prestasi akademik saya biasa-biasa saja. Indeks prestasinya selalu di bawah tiga. Seharusnya minta ke senior yang predikat kelulusannya cumlaude. Tapi lebih dari itu, yang lebih mengherankan adalah permintaannya untuk dibantu mencari judul penelitian. Lha, kalau sudah dapat judulnya terus mau diapain? Emang dengan modal judul, penelitian bisa jalan?

Inkonsistensi Doktor dan Dokter

Ilustrasi  (Dok. Pribadi)
Doktor adalah gelar akademik tertinggi yang diberikan kepada orang yang telah menyelesaikan pendidikan strata tiga (S3). Sementara dokter merupakan gelar profesi untuk sarjana kedokteran (S1) yang telah lulus kepaniteraan klinik. Dengan menuliskan secara lengkap, maka ada dikotomi yang jelas antaradoktor degan dokter. Yang menjadi masalah kemudian adalah ketika menulis akronimnya. Yang sering dijumpai yaitu akronim doktor tertulis “Dr” (d huruf kapital dan r huruf kecil). Sedangkandokter disingkat “dr” (d dan r huruf kecil).

Namun beberapa dokter juga terkadang menggunakan singkatan “Dr”sebagaimana banyak terlihat di papan praktek dokter. Penggunaan singkatan “Dr” untuk dokterkonon untuk menghindari kesalahan dalam pembuatan kalimat yang diawali kata “dr”. Jika dituliskan dengan awalan huruf kecil, maka itu berarti menyalahi kaidah penulisan kalimat yang benar. Tapi penggunaan “Dr” untuk dokter menimbulkan masalah baru, karena singkatan yang digunakan sama dengan doktor.

Kamis, 03 Februari 2011

Penggembala dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika

Ilustrasi Penggembala (kfk.kompas.com)
Untuk pertama kalinya saya jatuh cinta pada sebuah lagu dengan lirik bahasa Jawa. Judulnya lir-ilir, yang merupakan original soundtrack dari film Sang Pencerah. Meski diaransemen dengan musik Jawa yang kental (suara gamelan, etc….) lagu itu tetap terdengar modern. Sehingga meski tak mengerti artinya, saya tetap larut dalam iramanya. Salah satu liriknya “cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi. Kata “cah angon” mengingatkan pada sebuah artikel tentang peternakan yang saya baca beberapa waktu lalu. Kalau tidak salah ingat, “cah angon” tak lain adalah kata dalam bahasa Jawa yang berarti penggembala.

Rabu, 02 Februari 2011

Perbinatangan dan Perhewanan

Kenapa ya namanya bukan Fakultas Perbinatangan???
(diedit dari www.anakunhas.com)
Medium Juni-Agustus 2008, sebagaimana mahasiswa yang segera mengakhiri studinya, saya melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Baraka Kabupaten Enrekang. Sebuah daerah dingin karena merupakan dataran tinggi dan dikelilingi pegunungan. Sebagaimana umumnya di desa, pekerjaan utama masyarakat adalah petani dan sebagian beternak. Salah satu komoditi ternak yang banyak dibudidayakan di daerah ini adalah sapi perah FH (Fries Holland). Susu hasil dari sapi perah itu umumnya dibikin penganan tradisional keju yang oleh masyarakat setempat disebut dangke. Pesatnya perkembangan populasi, menjadikan daerah ini sebagai sentra peternakan sapi perah terbesar di luar Pulau Jawa.

Joke Peternak: Serial Pemilukada*

Menjelang hari H pemungutan suara di Pemilukada. Para kandidat beserta tim suksesnya sedang gencar-gencarnya melaksanakan kampanye. Banyak yang memanfaatkan pertandingan bola untuk menggelar nonoton bareng dan menjadikannya media kampanye. Namun salah satu kandidat memilih ke desa, kampanye bersama kelompok tani-ternak yang memang rutin melakukan pertemuan bulanan. Dia percaya kalau kelompok tani solidaritas kolektifnya tinggi.

Setelah menyampaikan visi dan misinya di hadapan kelompok tani-ternak, maka sang calon Bupati menutup kampanye dengan mengajak semua yang hadir untuk mencontrengnya nanti. Seperti umumnya kampanye, dibumbui sedikit janji-janji.

Setetes Mani, Sejuta Harapan*

Gerbang BBIB Singosari (Anak Gembala Study Club, 2007)
Setetes Mani, Sejuta Harapan. Introduction pada mata kuliah dasar reproduksi ternak, yang diajarkan untuk mahasiswa semester IV. Seperti mantra “man jadda wa jada” yang jadi pelajaran hari pertama di Pondok Madani, sebagaimana yang diceritakan Fuadi dalam novelnya Negeri 5 menara. Kalimat itu juga akan menyambut setiap pengunjung yang datang ke Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari. Pusat inseminasi buatan nasional untuk sapi, di sebuah daerah sejuk pada ketinggian 400-700 mdpl di kaki Gunung Arjuno Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dalam animal science, mani ternak lazimnya disebut semen, sehingga penggunaan kata mani dalam kontes ini hanya untuk memudahkan orang awam untuk menangkap message dari kalimat tersebut.

Beda Bugis dengan Makassar

Headlines kompasiana 14/12/2010 (museumindonesia)
Beberapa malam yang lalu, sebuah stasiun televisi swasta menggelar telekuis interaktif. Pemirsa dari seluruh pelosok Indonesia bisa menjadi peserta, cukup dengan menelepon ke nomer yang tertera di running teks. Penelepon pertama seorang Ibu dari Makassar. Sebagaimana sudah sangat familiar di televisi nasional, jika ada pemirsa dari Makassar, maka langsung disapa dengan Aga Kareba? (apa kabar). Si penelepon lalu menjawab Kareba Madeceng. Sontak presenter cantik pembawa acara kuis itu keheranan, karena jawaban yang dia tunggu adalah “baji-baji ji”.


Presenter ini lalu mengira si penelepon kabarnya kurang baik. Saya yang menyaksikan itu di televisi, hanya ketawa-ketawa kacci (tersenyum kecut). Sebagai putra asli Sulawesi Selatan, mendengar jawaban ibu yang menelepon itu, saya bisa langsung tahu kalau dia bukan orang Makassar tapi orang Bugis. Dalam hal menanyakan kabar seseorang, baik Bugis maupun Makassar menggunakan sapaan aga kareba tapi untuk menjawab berbeda. Makassar menjawab ”baji-baji ji” (baik-baik saja) dan Bugis menjawab ”kareba madeceng” (kabar baik).

Surat Cinta Untuk Panitia/Peserta Starter Kosong Sepuluh

Penerimaan rombongan oleh Dirut PT. BULI
Genap sudah sepekan setelah pesta itu berlalu. Sebuah pesta tahunan lembaga mahasiswa tingkat jurusan dalam rangka menyambut calon anggota. Secara umum di UNHAS dikenal dengan istilah populer “bina akrab”. Lalu sebagai pembeda, diberilah nama sesuai karakteristik masing-masing lembaga. Namanya pesta, pasti semua berangkat untuk bersenang-senang. Seperti biasa, masa-masa awal pasca pesta, banyak cerita terlahir darinya. Yang paling mencolok, tentu komentar yang berseliweran di social media “facebook”. Entah pengalaman /kenangan pahit, manis, asam, asin...(permen kali’). Yang biasanya distimulan dari sebuah ilustrasi faktual (baca foto). Mumpung euforia itu belum berlalu, maka surat ini saya tulis. Cari momentum, susah lho...

Kandang Kata, Sebuah Pengantar

Afwan, ada kesalahan teknis. Nanti diinput ulang ya... Heeee... Sabar.