Ternak babi tidak bisa dilepaskan dari
kehidupan sosial masyarakat Toraja. Bersama kerbau, ternak babi selalu hadir dalam
setiap pesta adat seperti rambu solo’ maupun rambu tuka’. Di Tana Toraja,
ternak babi dipasarkan di Pasar Sentral Makale. Sebuah pasar tradisional yang
menyediakan macam ragam kebutuhan masyarakat.
Pasar babi sendiri berada pada bagian belakang
pasar sentral, hanya dibatasi tembok setinggi ± 1,5 meter. Jika dilihat dari
jalan, memang terhalang oleh kendaraan yang parkir. Kendaraan itu sebenarnya adalah
kendaraan pengangkut babi. Babi tersebut didatangkan dari pedalaman Tana
Toraja, juga daerah sekitar seperti Toraja Utara juga Luwu Raya.
Dalam blok sekira 50x20 meter itulah pasar babi. Terbagi tiga kompartemen. Bagian kanan, untuk babi anak, bagian kiri untuk daging babi, ditengahtengahnya dan merupakan bagian paling luas adalah untuk babi dewasa.
Dari seorang bapak yang penulis temui ketika berkunjung ke sana diperoleh banyak informasi ikhwal aktivitas jual beli babi. Meski tak menyebut identitas lengkapnya, namun si Bapak bercerita banyak tentang aktivitasnya beternak babi. Menurutnya, harga babi kecil sekitar 500-750 ribu, sedang babi dewasa pada kisaran 3-9 juta.
“Namun
itu harga normal, karena terkadang ada babi dihargai puluhan bahkan ratusan
juta” Terangnya. Dia lalu bercerita tentang babi yang bobotnya serupa
kerbau yang punya nilai tawar tinggi. “Berbeda
dengan kerbau, biasanya babi hitam lebih mahal dari babi belang” lanjutnya.
“Kalau
lagi musim pesta, harga babi akan mahal. Sedang kalau musim biasa, banyak yang
beli babi anak untuk dipelihara”. “Sudah
yah, saya mau menjual dulu” pungkas bapak sambil berjalan menuju ke salah
satu mobil pengangkut babi.
Mobil pengangkut babi adalah truk mini empat
roda. Dibuat dua lantai untuk mengoptimalkan kapasitas pengangkutan. Pada dasar
lantai diberi jerami padi atau sekam, tentunya untuk menghindari stress pada
babi ketika perjalanan. Tak lupa juga diberi pakan hijauan yang masyarakat
menyebutnya sayur babi.
Jadwal pasar babi, mengikuti jadwal pasar
sentral yang hanya enam hari sekali. Penulis ke sana ketika hari minggu, maka
dipastikan hari pasar berikutnya jatuh pada hari sabtu. Jika hari biasa, maka
tidak ada babi yang dipasarkan, namun beberapa penjual daging masih terlihat. Harga
daging sekira 40 ribu per kilogram, namun berfluktuasi.
Waktu
yang tepat mengunjungi Toraja, tentulah pada akhir tahun. Selain karena
bertepatan dengan liburan semester awal sekolahan, juga karena beragam event
digelar di daerah ini sepanjang bulan Desember. Mulai dari wisata alam seperti
sepeda wisata, rakit tradisional, lomba memancing dan menangkap ikan, pameran
kerajinan dan kuliner, pertunjukan seni budaya, perayaan Natal, dan masih
banyak lagi. Rangkaian kegiatan tersebut akan ditutup dengan pesta kembang api
tutup tahun. Semua itu terangkum dalam event pariwisata tahunan Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan bertajuk Lovely December.
--- oOo ---
Visit
South Sulawesi 2012.
.
1 komentar:
Membaca tulisan ini,,ada rasa gimana githu...apalg hal ini nda lazim bg qt kaum muslim.
Tapi ya..kembali melihat dr sisi peternakannya. Dan tentunya ini hal yg lumrah bg non muslim.
1 hal yg pernah sy dapat dr diskusi dgn seorang kawan, yg insyAllah pengetahuan agamanya lbh luas bahwa memelihara dan berjual beli tentang suatu yg haram maka hukumnya haram pula. Tp bagi non muslim that's right lah...
Jempol buat tuliasannya,,teruzz tingkatkan dan berbagi informasi dunia peternakan...^^
Posting Komentar