Sabtu, 02 Maret 2013

Tulisanku Nongol di Kompas

Kompas cetak, rabu 26 september 2012 Hal.49


Sebuah tulisan yang pernah saya publikasikan di blog keroyokan Kompasiana berjudul "Jika Orang Bugis Pindah Rumah", ternyata menarik perhatian media cetak terbesar di Indonesia, harian Kompas untuk memuatnya di edisi cetak, rabu 26 september 2012 pada Hal.49. Kaget? Iya. Bangga? Pastinya. Tak ada editing fundamen kecuali pada judul dan sebagian paragraf di akhir tulisan yang dipenggal lalu digantikan dengan link yang merujuk ke postingan lengkapnya di Kompasiana. Untuk yang belum baca, saya postingkan lengkapnya kembali. Bagi member Kompas, bisa baca e-paper-nya di SINI



--- oOo ---

Jika Orang Bugis Pindah Rumah

Pindah rumah. Jika kebanyak orang yang pindah rumah hanya memindahkan isi rumah, Orang Bugis tidak demikian. Tanggung, Orang Bugis bukan hanya memindahkan isi rumah, tapi memindahkan rumahnya sekalian. Lho, koq bisa? iya, bisa. Kebanyakan Orang Bugis tinggal di rumah panggung yang terbuat dari kayu, sehingga memungkinkan untuk dipindahkan.

Ada dua cara memindahkan rumah yaitu diangkat dengan didorong. Jika jarak antara letak rumah awal dengan tempat untuk pindah, dekat, maka memindahkannnya dengan cara didorong. Sedang jika jauh, maka rumah harus diangkat. Dari jumlah tenaga yang dibutuhkan, memindahkan dengan cara didorong lebih sedikit dibanding ketika harus mengangkat.

Mendorong rumah bisa dilakukan baik ke depan, ke belakang maupun ke samping. Kesulitan terbesar tentunya jika arahnya serong. Untuk memindahkan rumah, maka hal pertama yang dilakukan adalah perabotan rumah yang mudah pecah atau mudah bergerak seperti keramik, piring atau barang-barang elektronik dikeluarkan terlebih dahulu, lebih tepatnya diturunkan dari rumah. Sementara isi rumah yang besar  seperti lemari, tempat tidur dan sebagainya yang akan merepotkan ketika harus dikeluarkan, maka tetap dipertahankan dengan catatan tidak berpengaruh signifikan terhadap berat rumah ketika diangkat atau didorong.

Agar tidak jatuh menimpa ketabang (lantai rumah yang terbuat dari papan kayu) maka barang-barang tersebut dirapatkan ke aliri (tiang-tiang rumah yang terbuat dari batang kayu) lalu diikat. Jika sudah selesai maka di bawah aliri diberi papan kayu yang kuat dua lapis, papan pertama menyentuh tanah dan papan kedua menyentuh aliri. Kesemua papan tersebut terhubung antara aliri yang satu dengan aliri yang lain, tergantung ke mana arahnya akan di dorong.

Diantara kedua papan itu diberi ban yang terbuat dari potongan kayu hitam yang kuat. Panjang ban sekira 10-20 cm dengan diameter 5cm. Jumlah ban yang dibutuhkan tentu sangat banyak, karena jarak antar ban diusahakan serapat mungkin. Makin rapat jarak antar ban, makin mudah menggerakkan rumah. Jika rumah sementara didorong, maka ban yang dibelakang secara kontinyu dioper ke depan agar tidak terputus.

Sedangkan memindahkan rumah dengan cara diangkat, dimulai dengan memasang bambu diantara aliri. Tingginya dari tanah sekira 1,5 meter, itu nantinya menjadi tempt pegangan untuk mengangkat rumah. Tinggi ketabang dari tanah ratarata 3 meter, sementara tinggi ratarata pria Bugis 1,7 meter sehingga sulit jika mengangkat rumahnya pas di ketabang. Untuk mengangkatnya, badan ditundukkan lalu pundak rapat ke bambu, ketika ada abaaba maka bedan berdiri tegak sehingga rumah ikut terangkat.

Orang yang memberi abaaba biasanya tetuah kampung atau orang yang dipercakan khusus untuk itu. Dia lah yang memberi Komando baik mengangkat, berjalan, kecepatan langkah, arah dan sebagainya. Untuk menjaga keseimbangan agar rumah tidak miring biasanya di setiap sudut diberi tali lalu tali tersebut dipegang oleh masingmasing satu orang. Setiap orang yang memegang tali harus memperhatikan keseimbangan rumah. Jika salah satu sudut rumah miring, maka dari arah yang berlawanan bertugas menarik tali untuk menyeimbangkan kembali. Tali itu juga bisa digunakan untuk mengatur kecepatan.

Untuk memperlancar proses pindah rumah, maka terkadang didahului dengan ma’baca doang (membaca do’a) yang dipimpin oleh Imam Kampung. Jika kaum pria bertugas mendorong/mengangkat rumah, maka ibuibu mempersiapkan logistik. Logistik terbagi dua, sebelum prosesi pindah rumah dihidangkan kue-kue tradisional Bugis seperti bandangbaronggosuwella, dan masih banyak jenis lain ditambah minuman berupa teh atau kopi. Sementara makanan berat baru dihidangkan setelah rumah 100 % pindah ke tempat yang dituju dengan terlebih dahulu mengadzani rumah baru (baru dipindahkan maksudnya, :D).

Berikut ada gambar salah satu prosesi pindah rumah dengan cara diangkat.
#1. Oke, Semua Siap???


1348320248984990257
#1

#2. Satu... Dua... Tiga...


1348320357336135967
#2

#3. Goooo........


13483206141242939723
#3

#4. Belakang pelan, jangan terlalu cepat.


13483208551246977102
#4

#5. Pertahankan, tetap semangat.


13483214561256352143
#5

#6. Serong kiri.


1348321724820376763
#6

#7. Putar 180 derajat.


134832202562848499
#7

#8. Kurang 90 derajat lagi.


1348321912485558061
#8

#9. Passssssss....


13483223381439054223
#9

#10. Yah, turunkan pelanpelan.


13483224631426537967
#10


Bagaimana, Hebat kan? Yang pasti, prosesi ini tidak bisa dilakukan bagi Orang Bugis yang tinggal di rumah batu. Hehehe

Selamat bermalam minggu.

@Pinrang, 22092012
Wassalam. IRSYAM SYAM
.

7 komentar:

Unknown mengatakan...

maaf baru sempat jalan2 lag ke blogTa dinda.. Alhamdulillah... tentu suatu kebanggaan tersndiri, semoga tulisan2 berikutnya bisa lebih mudah untuk dimuat dimedia cetak sebesar kompas karena kesan tulisan pertama yang luar biasa.. Ini memang budaya orang Sulawesi kalau pindah rumah, di Sulbar (zaman kecil dulu dan beberapa wilayah pedesaan sekarang) budaya ini juga ada. Bukan hanya pada saat pindah rumah, bahkan pada saat akan mendirikan rumahpun ramai-ramai orang ukut topang dan tarik tali. Oya ada juga sebenarnya budaya gotong royong turun sawah, tapi kian terkikis semenjak handtraktor masuk desa, hehehe.. salama' dinda

Unknown mengatakan...

Oya, error ki link paper elektriknya, coba cek...

IRSYAM SYAM mengatakan...

Terima kasih kanda, kapan2 saya pos-kan soal budaya turun sawah, kebetulan saya juga sekarang aktif mendampingi petani.

Soal link yang di kompas cetak, sepertinya memang sudah terhapus karena terbit tahun lalu. mungkin ada moderasi tiap tahun.

Sri Suwella mengatakan...

Hi.......My name is Sri Suwella. But I'm not a bugissian hheehhe please come to my site suwella.yukbisnis.com

IRSYAM SYAM mengatakan...

@Sri Suwella

Thanks, tadi mampir k sana, jual produk kesahatan yah

Agnisaa mengatakan...

oia mas kenapa ya ada kebiasaan pindah rumah?

IRSYAM SYAM mengatakan...

@Agnissa
pindah rumah pada dasarnya bukan kebiasaan. Ada alasan tertentu, misalnya tanah yang ada sekarang akan didirikan bangunan lain, atau tanah tersebut dijual atau bisa juga rumahnya yang dijual. Bisa juga karena di daerah itu adalah daerah rawan longsor atau banjir sehingga rumah ke tempat yang lebih aman dan masih banyak alasan lain yang menyebabkan rumah dipindahkan...

Posting Komentar