Senin, 07 Februari 2011

Mau Riset, Kenapa Cari Judul???

Lagi riset atau pemotretan??? (FB @Ifaiffa Thalib)

Point kedua dari tri dharma perguruan tinggi adalah Penelitian. Penelitian menjadi sebuah tools dalam menyelesaikan sebuah persoalan. Beberapa kampus malah mencanangkan diri menjadi universitas riset. Kampus sebagai sentrum para intelektual sejatinya memang bisa menjadi solusi atas setiap persoalan, khususnya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Maka meneliti menjadi sebuah kewajiban bagi setiap civitas kademika, tidak terkecuali mahasiswa.


Saya pernah didatangi sekelompok mahasiswa yang tidak lain adalah yunior di kampus. Mereka para mahasiswa semester akhir yang segera melaksanakan penelitian untuk tugas akhir. Begini bilangnya “Kak, bantuin dong cari judul”. Beberapa yang lain juga biasa menyampaikan permintaan serupa, entah mengirim message via ponsel, chating, atau ketika pas ketemu.


Terkadang heran juga kenapa mintanya ke saya, padahal prestasi akademik saya biasa-biasa saja. Indeks prestasinya selalu di bawah tiga. Seharusnya minta ke senior yang predikat kelulusannya cumlaude. Tapi lebih dari itu, yang lebih mengherankan adalah permintaannya untuk dibantu mencari judul penelitian. Lha, kalau sudah dapat judulnya terus mau diapain? Emang dengan modal judul, penelitian bisa jalan?


Terus beberapa waktu yang lalu, saya ketemu dengan seorang kawan lama yang sekarang kuliah di program pascasarjana. Ketika saya tanya tentang studinya, dia tanpa ragu menjawab. “Kredit sih sudah kelar, sudah mau nyusun tesis, sekarang lagi cari judul”. Awalnya saya mengira, itu hanya mindset mahasiswa S1 yang masih terbatas, ternyata seorang kandidat masterpun tidak jauh beda. Kenapa mahasiswa yang mau penilitian banyak yang cari judul? Bukannya yang dicari itu topik atau tema penelitian?


Suatu ketika, saya dimandat mewakili almamater untuk mengikuti workshop penulisan karya ilmiah tingkat regional. Pelajaran terbesar yang saya dapat dari salah seorang trainernya bahwa “Pekerjaan peneliti adalah mencari pertanyaan-pertanyaan baru untuk dijawab”. Tentulah yang dimaksud sang trainer tidak sesederhana membuat soal final semester yang jawabannya sudah ada di diktat.


Tapi mencari persoalan pada sebuah objek (mahluk hidup, alat, bahan, cara/proses, tempat, waktu, etc), merumuskan masalah, lalu membuat hipotesis dan mencari metode yang tepat untuk menguji hipotesis itu. Maka jelaslah, memulai penelitian bukan dengan mencari judul. Tapi mencari permasalahan baru untuk dicari solusinya. Cara paling mudah menemukan permasalahan adalah dengan melanjutkan penelitian orang lain. Karena terkadang di akhir makalah, peneliti biasa merekomendasikan untuk melanjutkan penelitian tersebut atau membuat komparasinya.


Mahasiswa tidak bisa sepenuhnya bisa disalahkan dalam hal ini. Karena aturan akademik sendiri yang terkadang mengharuskan mahasiswa mencari judul penelitian. Dibeberapa perguruan tinggi termasuk kampus saya, mahasiswa yang akan menyusun tugas akhir diminta memasukkan minimal tiga judul penelitian. Semua judul yang dimasukkan itulah, kemudian diseleksi oleh tim dosen yang memang ditugaskan untuk itu.


Tujuan dari seleksi judul penelitian itu sangat bagus. Untuk menilai apakah penelitian yang akan dilakukan aktual, punya potensi untuk pengembangan disiplin ilmu, dan bukan plagiat. Namun pertanyaanya adalah, atas dasar apa tim dosen menentukan mana yang layak diteliti jika dasarnya hanya judul? Apakah judul bisa merepresentasikan penelitian yang akan dilakukan?


Judul sejatinya memang harus menggambarkan semua isi tulisan, tapi ini konteksnya judul yang belum punya konten. Ketika akan menyusun tugas akhir, saya sendiri hanya memasukkan satu judul, namun disertai deskripsi singkat tentang penelitian yang akan saya lakukan. Meski cuma satu, judul saya akhirnya bisa diterima karena penelitian yang akan dilakukan tergambar dengan jelas. Sehingga belakangan diusulkan, agar ke depan yang dimasukkan bukan sekedar judul tapi dilengkapi deskripsi singkat.


Pada dasarnya, judul makalah itu bisa saja berbeda meski isinya sama. Bukankah kasus plagiarisme yang terjadi selama ini juga hanya dengan mengganti judul tanpa merubah secara frontal konten makalah. Begitupun sebaliknya, bisa saja judulnya sama, tapi isinya berbeda. Seorang senior saya ketika akan menyusun tesis juga memasukkan tiga judul penelitian. Namun menurut pengakuannya, judul manapun yang diterima, peneletiannya tetap akan sama. Dia hanya mengutak-atik kata-kata, sehingga menghasilkan tiga judul yang berbeda.


Kembali ke para yunior yang biasa meminta judul penelitian. Saya terkadang dengan enteng menjawab. Kalau hanya mau cari judul, cukup ke toko buku cari buku berjudul “Kumpulan Judul Penelitian”. Atau jika mau lebih mudah, silahkan search di google dengan tiga key words yang sama “Kumpulan Judul Penelitian”. Pasti kamu akan menemukan banyak judul penelitian di sana. Tentu saya menyampaikan itu dengan mimik yang tidak serius.


Intinya jika ingin meneliti, carilah sebuah persoalan untuk dicari solusinya. Akan lebih bagus jika program studi (departemen) anda punya frame penelitian, sehingga anda tidak usah repot menentukan tema atau topiknya. Sedangkan judul bisa menyusul. Malah judul akan tergambar dengan sendirinya jika permasalahan sudah dirumuskan.

Salam kearifan Akademis.
IRSYAM SYAM*
*Bukan ilmuwan, tapi senang meneliti perilaku mahasiswa yang mau penelitian…
@Sidrap, 16/08/2010

1 komentar:

Reni... mengatakan...

saya suka tulisan ini. Bernas.

Posting Komentar