Senin, 07 Februari 2011

Sari Laut Rasa Darat

Katanya sari laut, tapi kok jual ayam goreng???

Mendengar nama warung sari laut, maka yang terlintas pertama di pikiran saya adalah kuliner khas laut. Entah ikan, cumi, udang atau apalah yang dari laut. Keberadaan warung sari laut jelas sangat unik dengan ciri khas tersendiri pada menu makanannya. Sederhananya, siapa saja yang ingin makan makanan laut, silahkan ke sari laut. Kurang lebih seperti itulah konsepsi awal saya tentang warung sari laut. Karena saya termasuk ekonomi menengah ke bawah, maka warung sari laut yang saya maksud di sini adalah yang banyak berjejer di pinggir jalan, jadi bukan restoran.

Ketika pertama kali makan di sari laut diajakin teman. Karena fleksibel soal makanan, maka jika ke warung berdua atau rombongan saya selalu bilang ke teman“makanan yang dipesan samakan saja”. Termasuk ketika pertama kali ke sari laut. Namun alangkah kagetnya saya ketika pesanan sudah dihidangkan, ternyata ayam goreng. Saya lalu membaca dengan teliti daftar menunya yang memang lebih didominasi oleh makanan darat. Lha, bukannya ini sari laut?

Sejak itu, setiap makan di sari laut saya selalu memperhatikan perilaku konsumen. Kondisinya selalu sama, lebih banyak yang pesan ayam atau bebek goreng ketimbang makanan laut. Lebih sering kalau pesan makanan laut pelayannya bilang “Lagi kosong, yang ada ayam goreng”. Malah yang lebih gila, ada warung sari laut yang menjual nasi goreng dengan lauk ayam dan telur. Belum lagi yang menyediakan ikan dari sungai, bukan ikan laut. Waduh…!!!

Saya kebetulan lahir dan besar di daerah yang sejauh mata memandang hanya ada persawahan, tidak ada laut. Yah, praktis juga tidak ada warung sari laut. Namun beberapa tahun terakhir warung sari laut juga sudah mulai eksis di kampung saya. Herannya, banyak masyarakat di sana kalau mau makan ayam goreng perginya ke sari laut. Bukannya memanfaatkan keberadaan sari laut untuk menikmati kuliner khas laut. Padahal, warung yang menyediakan ayam goreng sudah ada sejak dulu dan mudah didapatkan.

Mungkin ketika pertama brand “sari laut” di launching, makanan yang disajikan memang hanya binatang laut. Lalu seiring perkembangan, warung-warung sari laut itu melihat trend (bisa jadi pernah disurvei), banyak pencinta kuliner yang suka makan hewan darat. Maka segmen pasarpun diperluas dengan menambahkan pada daftar menu, makanan dari hewan darat. Jika memang begitu, lalu kenapa masih diberi nama sari laut?

Saya tidak sedang mengkomplain perilaku mainstream pengunjung warung sari laut. Malah jika semua pengunjung lebih suka makan ayam atau bebek goreng, saya justru senang. Karena peluang untuk pemasaran ayam dan bebek di kandang lebih besar… hahaha… Ayo, makan sari darat di sari laut.

Salam,
IRSYAM SYAM*
*Penikmat sari laut, tapi yang rasa darat…
@Makassar, 02/08/2010


0 komentar:

Posting Komentar