Rabu, 02 Februari 2011

Surat Cinta Untuk Panitia/Peserta Starter Kosong Sepuluh

Penerimaan rombongan oleh Dirut PT. BULI
Genap sudah sepekan setelah pesta itu berlalu. Sebuah pesta tahunan lembaga mahasiswa tingkat jurusan dalam rangka menyambut calon anggota. Secara umum di UNHAS dikenal dengan istilah populer “bina akrab”. Lalu sebagai pembeda, diberilah nama sesuai karakteristik masing-masing lembaga. Namanya pesta, pasti semua berangkat untuk bersenang-senang. Seperti biasa, masa-masa awal pasca pesta, banyak cerita terlahir darinya. Yang paling mencolok, tentu komentar yang berseliweran di social media “facebook”. Entah pengalaman /kenangan pahit, manis, asam, asin...(permen kali’). Yang biasanya distimulan dari sebuah ilustrasi faktual (baca foto). Mumpung euforia itu belum berlalu, maka surat ini saya tulis. Cari momentum, susah lho...


Starter, itulah nama yang dipilih oleh pengurus Himpunan Mahasiwa Nutrisi dan Makanan Ternak (HUMANIKA-UNHAS) untuk kegiatan ini. Akronim dari sosialisasi dan training mahasiswa nutrisi dan makanan ternak. Di belakang nama kegiatan, diberi inisial tahun yang menunjukkan tahun angkatan calon anggota. Nama Starter sendiri baru resmi digunakan pada tahun 2006, karena sebelumnya menggunakan nama “Ranch”. Terkait evolusi nama ini, akan saya ceritakan di kesempatan lain. Kebetulan nama itu saya sendiri yang usulkan, emmm.... narsisnya mulai kumat.

Kembali ke soal bina akrab (starter), pada H-2 saya menerima undangan via sms langsung dari Bapak Ketua Umum HUMANIKA. “Insya Allah STARTER X akan dilaksanakan tgl 14-16 januari 2011... di Bila Ranch. kedatanganx ditunggu kanda” lebih kurang, seperti itulah isinya. Pasca itu, mulailah rentetan undangan saya terima dari para pengurus dan panitia ketika chat di facebook. Saya pun lalu memberi tanggapan yang diwakilkan cukup dengan dua kata “Insya Allah”. Dua kata itu cukup untuk meyakinkan kalau saya siap memenuhi undangan. Karena saya memang ngebet untuk ikut kegiatan ini, meskipun tidak diundang... hahahaha...

Ada tiga argumentasi utama kenapa saya ingin berpartisipasi. Pertama ingin merefresh memori saya tentang bina akrab, yang telah memberi pelajaran besar tentang bagaimana seorang pemimpin harus mengambil keputusan yang berani dan tegas. Bina akrab hampir saja tinggal sejarah, karena pada tahun 2005 dimana pada saat yang sama saya diberi amanah memimpin HUMANIKA. Dekan se-agrokompleks mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Bersama untuk meniadakan ospek, bina akrab dan sejenisnya mulai saat itu. Plus sanksi akademik berupa skorsing bahkan dropout bagi yang melanggar.

Namun untuk kepentingan yang jauh lebih besar, saya memilih tetap memaksakan untuk berangkat ketika himpunan lain di lingkup peternakan belum berani bersikap yang sama. Tentu itu bukan satu-satunya alasan kenapa bina akrab masih tetap ada, tapi andaikata pada saat itu sekali saja tradisi ini terputus, mungkin ceritanya akan berbeda. Setahu saya, SK bersama itu belum pernah dicabut sampai sekarang. Nah lho??? Kedua, Starter kali ini dilaksanakan di kampung halaman saya Kabupaten Sidrap, yah... sekalian pulang kampung. Dan argumentasi ketiga dan merupakan yang paling penting adalah menciptakan kesibukan dari sebuah waktu luang. Maklumlah, saya kan pengangguran... Hiks.

Ada beberapa yang menjadi catatan menarik bagi saya pada starter kosong sepuluh ini.
Mulai dari kecenderungan beberapa senior (angkatan) yang memilih datang dengan sendiri, tidak ikut di rombongan utama, termasuk saya sendiri tentunya. Ini sebuah pemandangan yang tidak dijumpai di masa lalu. Apakah ini wujud mulai lunturnya solidaritas seperti yang tertulis di motto HUMANIKA? ataukah para senior itu (lagi-lagi termasuk saya) cenderung tahu diri karena keterbatasan kendaraan yang disiapkan oleh panitia? atau bisa juga karena ada benturan agenda sehingga hanya bisa menyusul. Untuk hal ini, mending kita semua positive thinking, karena yang terpenting adalah masih adanya antusiasme dari para senior untuk ikut ambil bagian.

Terkait cuaca, ini cukup membuat saya sempat was-was pada awalnya. Dua hari sebelum hari H, kabupaten Sidrap diguyur hujan deras disertai angin kencang. Bahkan kondisi itu terus berlanjut sampai hari jum’at, dimana rombongan sedang berangkat dari Makassar. Anehnya, sejak rombongan mulai menginjakkan kaki di lokasi, cuaca malah berkompromi dan menjadi semakin bersahabat. Meskipun sempat terjadi gerimis dan angin kencang, namun secara keseluruhan tidak banyak menghambat. Hujan deras disertai angin kencang baru terjadi kembali pada minggu pagi, dimana tidak lagi banyak mempengaruhi, karena kegiatan puncak sudah terlaksana. Hujan masih terus berlanjut di Sidrap, bahkan ketika surat ini saya tulis. Saya jadi berpikir, jangan-jangan di rombongan Starter itu ada pawang hujan???

Yang tidak kalah pentingnya adalah kampung tengah alias logistik. Seperti biasa, menunya masih seputar mie goreng plus telur dadar. Untuk penyedap rasa, terkadang ditambahkan saus dan kecap. Semuanya serba irit, yah maklum saja harga pangan dunia sedang melonjak. Tak ada regulasi, menu itu terus berulang dan sangat tidak variatif. Dalam keadaan normal, mungkin susah untuk merangsang nafsu makan. Tapi kenapa tetap habis? jawabannya sederhana, karena dalam keadaan lapar dan tak ada pilihan lain. Untuk ukuran aktivis mahasiswa dan yang hidup di kos-kosan, menu itu sebenarnya sudah lebih dari cukup, jadi no problem. Namun yang kurang sebenarnya adalah snack dalam hal ini gorengan. Sejak dulu, jika HUMANIKA menggelar kegiatan di luar kampus pada malam hari, maka ubi dan pisang goreng akan menjadi penganan wajib bersama teh manis dan kopi pahit... Nyamanna.

Senjata ampuh birokrasi untuk melarang kegiatan ini tentunya terkait terjadinya kekerasan, pelecehan dan pemerasan. Terlalu munafik untuk menyebutnya sudah hilang sama sekali. Tapi jika dikomparasi dengan cerita dari para pendahulu kita, yang ini tidaklah seberapa. Pun sejak lima tahun terakhir memang formatnya telah direformasi menjadi lebih humanis. Malu dong menjadi pejuang HAM tapi di sisi lain melanggar HAM. Jadi sikap keras (bedakan dengan kekerasan) cukup dimaknai sebagai latihan kedisiplinan. Sedangkan bagi mahasiswa baru, anggap saja sebagai suplemen. Toh tanpa itu semua, bina akrab jadi kehilangan greget dan tak berkesan. Hampa rasanya, seperti kata pepatah “bagai putu tanpa keju”... wakakakakakak... jaka sembung.

Ada satu item lagi, yaitu soal asmara. Menceritakan urusan yang satu ini, tak akan ada habisnya. Sudah menjadi mainstream bahwa bina akrab menjadi panggung aktualisasi diri para senior untuk meraih simpati mahasiswa baru. Karena termasuk motivasi utama untuk terlibat, bahkan oleh mahasiswa yang tak mengenal lembaga mahasiswa sekalipun. Itulah terkadang ada diskriminasi dalam memperlakukan mahasiswa baru, karena tidak lagi pure untuk mengkader, tapi terkontaminasi oleh interest tertentu, dimana perasaan sudah ikut mempengaruhi keputusan. Segala jurus dikeluarkan, yang paling umum, yah kemampuan beretorika. Maka bergelimpanganlah para KRS (korban retorika senior). Sayang sekali, saya miskin pengalaman soal ini, maka tak banyak yang saya bisa tuliskan. Meskipun sinyal itu terlalu kuat untuk ditangkap. Ehem....!!!

Sebenarnya, masih banyak yang ingin saya tuliskan. Tapi melihat kecenderungan minat membaca yang sudah mulai menurun, sehingga saya putuskan untuk berhenti menari jemari di atas keyboard. Secara keseluruhan, untuk sebuah kegiatan yang dipersiapkan selama lebih kurang tiga bulan, maka terlalu naif untuk menyebut kegiatan ini dari segi pelaksanaan sukses. Terdapat beberapa kekurangan di sejumlah aspek, tapi tentunya juga diikuti beberapa pencapaian menggembirkan. Soal evaluasi menyeluruh dari kegiatan ini, tentu bukan domaian saya untuk menjelaskan. Termasuk apakah output dari tema besar “menciptakan kader kritis.........” sudah tercapai? Maka semua yang tertulis di sini, hanyalah assesment subjektif saya sebagai peserta penggembira.

Kita semua patut bersyukur, kegiatan berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Pun kita bisa kembali ke rumah dengan selamat tanpa kurang satu apa pun. Karena pada H+3, terjadi chaos di lokasi kegiatan terkait sengketa lahan yang menyebabkan dua orang tewas. Alhamdulillah, kita sudah kembali duluan. Untuk para panitia, jangan larut dalam euforia pasca pesta. Banyak agenda penting ke depan yang sudah menanti dan mendesak untuk segera diejawantahkan. Sedangkan untuk mahasiswa baru alumni starter kosong sepuluh, saya ada pesan yang (maaf) sumbernya saya lupa dari mana... “Dunia mahasiswa itu ibarat es cream, nikmatilah sebelum ia mencair”. Sekian.


@Sidrap,  23012011
Perkenaan maaf jika ada salah kata.
Wassalam...
IRSYAM SYAM

0 komentar:

Posting Komentar